Fokus dan tidak berputus asa menjadi kunci sukses Irna Mutiara
berbisnis butik busana muslim, Trimoda Uptodate. Meski mengawali bisnis
dengan satu mesin jahit, berkat kegigihannya kini dia mampu
mengantongi omzet miliaran rupiah per bulan.
Bisnis busana
muslim sejak beberapa tahun terakhir makin ngetren. Desain busana
muslim yang semakin modern makin ramai di pasaran. Salah satu butik
yang menjadi langganan artis Henidar Amroe, Berliana Febrianti, dan
Saskia Adya Mecca adalah milik Irna Mutiara. Di bawah bendera PT
Trimoda Uptodate, Irna memproduksi busana muslim kasual bermerek
Uptodate, produk gaun pesta bermerek Irna La Perle, dan busana
pengantin muslim La Perle.
Butik Irna yang berlabel Uptodate
tersebar di beberapa wilayah mulai Bandung, Jakarta, Solo, Yogyakarta,
Surabaya, Jambi, Aceh, Medan, Padang, Pekanbaru, Palembang, dan
Samarinda. Irna sudah memiliki 27 butik. Dalam sebulan, Irna mereguk
omzet Rp 2 miliar. Di musim Lebaran, omzet Irna menggemuk. Omzet Irna
mencapai Rp 36 miliar per tahun.
Busana rancangan Irna ternyata
juga digandrungi konsumen dari luar negeri. Untuk itu, Irna pun
berupaya untuk membuka butik di Kanada, Singapura, dan Malaysia. “Masih
penjajakan, kebetulan banyak pelanggan di sana karena kami juga sering
fashion show di sana,” ujar ibu tiga anak ini.
Untuk memperkenalkan produk hasil rancangannya, Irna rajin melakukan pameran dan fashion show
di beberapa negara. Akhir tahun lalu dia baru saja memamerkan busana
pengantin muslim hasil rancangannya di Paris. Sebelumnya dia juga sudah
memperagakan busananya di Mesir, Dubai, Abu Dhabi, Hong Kong, Shanghai,
dan beberapa kali di Malaysia.
Sempat bangkrut
Keberhasilan
Irna berbisnis busana muslim tidak didapat dengan mudah. Setelah lulus
sekolah menengah atas tahun 1988, Irna mengikuti kursus tata busana
selama setahun. Tahun 1989, dia kuliah di Universitas Pendidikan
Indonesia di Bandung jurusan tata busana “Sejak kecil saya suka dengan
dunia desain, kebetulan ayah seorang tukang jahit,” kata perempuan
kelahiran Bandung,
24 Januari 1970 ini.
Namun karena
orangtua tidak mampu membiayai kuliah, Irna terpaksa kuliah sambil
kerja. Berbekal sertifikat kursus, Irna berhasil menjadi desainer di
perusahaan garmen yang cukup besar di Bandung. Perusahaan itu merupakan
salah satu pemasok baju anak di salah satu department store.
Sekali order bisa 200 lusin per desain. “Tuntutan pekerjaan ini
membutuhkan fokus, saya memutuskan untuk keluar kuliah di semester
empat,” ujarnya.
Irna bekerja selama lima tahun di perusahaan
garmen tersebut. “Karier saya mentok di perusahaan itu. Saya butuh
tantangan yang lain,” kenangnya. Irna pindah kerja ke sebuah perusahaan
garmen yang lain di Bandung. Pekerjaan Irna di perusahaan ini merangkap
sebagai kepala produksi, marketing, dan desainer. Dengan pengalaman
itu, dia mulai mempelajari proses menjalankan usaha di bidang garmen.
Irna hanya bertahan selama enam bulan di perusahaan ini karena ingin
mengasuh anak di rumah.
Dengan bermodal jaringan dan uang dari
hasil kerjanya di perusahaan yang lama, Irna membuka usaha konveksi.
“Saya buka usaha karena ingin bantu suami plus karena mimpi-mimpi saya
masih banyak yang belum terwujud,” kata Irna yang pekan lalu baru saja fashion show di Malaysia. Bermodal enam mesin jahit, dia menerima orderan dari department store
pada 1996. Usaha ini berjalan cukup lancar, Irna sudah mendapatkan
orderan tetap. Sayang, tahun 1998 terjadi krisis keuangan, mitra yang
selama ini order baju menyetop pesanan. Stok bahan baku Irna yang belum
dibayar pun mubazir. Dia menelan kerugian hingga Rp 90 juta. Mobil dan
mesin jahitnya dijual untuk membayar utang.
Karena merasa punya kemampuan di bidang desain fashion
dan jahit menjahit, Irna tetap berambisi berbisnis di bidang itu.
Beberapa bulan setelah bangkrut, dia mulai bisnis fashion dengan
strategi berbeda. “Saya buka layanan jahit private order, saya masuk kantor ke kantor untuk menawarkan jasa jahit,” kenangnya.
Mulai
dari order perorangan menjahit baju kantor, sampai akhirnya dia
menerima order 3000 seragam pegawai ticketing dari PT Kereta Api
Indonesia. Orderan seragam dari berbagai perusahaan dalam jumlah besar
pun berdatangan. Perusahaan pertambangan di Kalimantan pun menjadi
langganannya.
Tahun 2004, Irna mengikuti lomba desain busana
muslim di salah satu majalah dan menang. Baju muslim kasual rancangan
Irna dipajang di majalah tersebut dan pesanan mulai mengalir. “Kala itu
baju muslim kasual berbahan kaus belum ada, jadi rancangan saya yang
berbahan kaos diminati,” katanya.
Berawal dari sinilah dia mulai
mengembangkan busana muslim rancangannya. Hingga akhirnya tahun 2006,
dia memutuskan untuk konsentrasi berbisnis busana muslim. Bersama dua
rekannya dia mendirikan PT Trimoda Uptodate bermodal Rp 15 juta. Uang
itu digunakan untuk membeli bahan baku karena Irna sudah memiliki alat
produksi. Sekarang Irna mempekerjakan 250 karyawan
Baca juga iklan menarik lainnya Klik Disini!